Lagi nyari info terbaru mengenai pelaku teror bom di lokasi kawasan Plaza Sarinah brother? Anda berada ditempat yang tepat, kali ini Info Dunia Maya akan membeberkan mengenai fakta pelaku dan otak bom sarinah.
Profil Afif Sunakim -
Pelaku Bom Sarinah
Sunakim alias Afif merupakan salah satu pelaku teror bom di kawasan Plaza Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, yang tertangkap kamera wartawan. Afif yang menggunakan topi hitam, celana blue jeans, dan membawa tas ransel, tewas dalam baku tembak dengan petugas kepolisian.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memastikan Afif adalah seorang pelaku terorisme yang ditembak polisi saat peristiwa bom Sarinah. "Kalau enggak salah Sunakim aliasnya Afif. Itu pernah ditangani. Itu yang pakai celana jins kaus hitam dan ditemukan bom, yang pakai topi," kata Badrodin, Jumat (15/1/2016). Namun, ia belum mengungkapkan pelaku teror yang juga ikut tewas dalam bom Sarinah.
Satu di antara lima pelaku peledakan bom dan penembakan membabi buta yang terjadi di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat dan pos polisi yang diduga dilakukan oleh lelaki bertopi yang memegang senjata dan ransel itu disebut bernama sebagai Afif alias Sunakim. Muhammad Jibriel Abdul Rahman mengenal Afif karena sama-sama pernah “mondok” di Lapas Cipinang, karena Jibriel juga sempat dituduh polisi terkait dengan kasus.
Menurut putra dari ustaz Abu Muhammad Jibriel, wakil amir Majelis Mujahidin Indonesia ini, Afif masuk di Cipinang karena mengikuti pelatihan para militer di Jantho, Aceh Besar, pada 2010 lalu. Dia bebas pada Agustus 2015. Dia sangat antusias dan fanatik dan menganggap ustaz Amman lebih bertauhid dibanding yang lain meskipun ustaz Amman belum pernah menggelorakan (terlibat) jihad dengan kakinya sendiri.
Semasa di dalam Lapas Cipinang, fanatisme Afif kepada Amman semakin terbina. Itu karena Amman juga sempat ditahan di Cipinang karena divonis sembilan tahun, buntut kasus Aceh itu. Kini Amman mendekam di Nusakambangan. Jibriel sendiri tidak menyatu dengan Amman yang di masa lalu juga sempat terkait dengan bom Cimanggis. Kelompok Amman ini, menurut Jibriel berlaku ekslusif. Bahkan, hingga urusan salat, pengikut Amman tidak akan melakukan salat secara bersama dengan orang atau rombongan lain di luar kelompok mereka.
Nama JAKDN atau Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN) adalah wadah dari kelompok pendukung di Tanah Air. Mereka dianggap terkait dengan aksi teror 14 Januari itu. Isi dari JAKDN macam-macam. Ada Mujahidin Indonesia Timur alias kelompok Santoso, Mujahidin Indonesia Barat, Jamaah Islamiyah, Jamaah Anshoru Tauhid, tim Hisbah Solo, dan kelompok Amman Abdurrahman itu. Mantan anggota markaziah JI dan juga mantan ketua Mantiqi III Jamaah Islamiah, Abu Tholut alias Imron Baehaqi, sempat mengatakan bahwa amir JAKDN adalah Amman.
Ahmad Muhazan - Pelaku Bom Sarinah
Ahmad Muhazan bin Saroni kelahiran 5 juli 1990 ini, tercatat pernah menempuh pendidikan SMP dan SMA di Krangkeng Indramayu. Setelah lulus menempuh jenjang pendidikan SMP dan SMA ia kemudian melanjutkan menempuh Pendidikan di pondok pesantren di wilayah Bungur, Subang dan ia juga aktif dalam kajian agama atau liqo bersama.
Pasca terjadinya peristiwa ledakan bom di Sarinah di Jakarta, warga Indramayu digegerkan dengan teridentifikasi salah satu yang terkena ledakan bom itu Ahmad Muhazan warga Kedungwungu, Kerangkeng, Indramayu. Pria umur 25 tahun ini kabarnya tewas pada saat ledakan bom dengan kondisi yang sangat mengenaskan.
Di lingkunan teman temanya Ahmad Muhazan ini terkenal pendiam dan jarang sekali bergaul, beradaptasi dan komunikasi dengan warga dan sangat tertutup pasca mondok di pesantren. Dalam kesehariannya, kata Azun, ia hanya menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamarnya, bahkan dia juga kerap sekali merakit petasan yang dia kumpulkan sendiri. Pemuda kelahiran 1990 ini, merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara dan sekarang menetap di Jakarta.
Dia berbeda dari pemuda umumnya di Kabupaten Indramayu yang mayoritas menyukai tarling, justru ia lebih menyukai lagu lagu jihad, dan kerap sekali melakukan olah raga di dalam kamar. Ketika setelah nikah dengan perempuan yang bercadar, ia lebih conservative suka mengafirkan orang lain dan mudah menjatuhkan hukum haram.
Salah satu terduga pelaku bom Sarinah adalah dari Kedungwungu, Krangkeng Indramayu, Jawa barat. Ahmad Muhazan ini terjebak masuk aliran radikal mungkin karena telah dibrainwash dengan diruqiyah dan terpengaruh oleh kakak iparnya yang berasal dari Subang Jawa barat. Sejak lama si pelaku menampakan ajaran radikalisme di tengah-tengah keluarganya. – fajarnews
Bahrun Naim - Otak Pelaku Bom Sarinah
Muhammad Bahrun Naim diduga menjadi otak di balik tragedi teror yang menewaskan tujuh orang. Nama Bahrun Naim muncul pasca teror bom yang mengguncang Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016). Kepala Polisi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Kapolda) Metro Jaya Inspektur Jenderal Muhammad Tito Karnavian menyampaikan jika pelaku bom Sarinah, Jakarta adalah Bahrun Naim. Nama lengkapnya Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo. Dia warga Solo, Jawa Tengah.
Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian mengungkapkan Naim pernah ditangkap oleh Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror pada 2011. Saat itu dia ditangkap karena terlibat dalam kasus kepemilikan senjata ilegal. Dia divonis dua tahun enam bulan penjara atas kepemilikan senjata ilegal dan bahan peledak. "Naim pernah ditangkap 2011," tutur Tito di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (14/1/2016).
Menurut Tito, kemudian Naim berangkat ke Suriah dan bergabung dengan jaringan Islamic State of Iraq and Syiria di Raqqa, Suriah yang merupakan pusat kekuatan. Dia mengungkapkan, Naim memiliki keinginan untuk menjadi pemimpin ISIS Asia Tenggara dengan membentuk Katibah Nusantara. Katibah Nusantara dibentuk Naim agar dirinya diangkat menjadi salah satu pemimpin jaringan. "Dia ingin membentuk Katibah Nusantara yang meliputi Asia Tenggara sehingga dia ingin rancang serangan di indonesia, sehingga supaya dikatakan pemimpin," tandas Tito.
Dia mengungkapkan, Naim juga memiliki keterkaitan dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Santoso Abu Wardah. Santoso dikenal sebagai sosok yang terang-terangan mendukung gerakan ini. "Dia ingin jadi leader (pemimpin) Katibah Nusantara. Dia ada hubungan dengan kelompok yang lain. Itu kelompoknya Santoso," kata Tito.
Pertama kali dikenal masyarakat saat ditangkap oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 pada 9 November 2010. Naim ditangkap karena terbukti memiliki ratusan butir amunisi ilegal. Naim dijerat dengan pasal kepemilikan senpi. Dia dijatuhi vonis 2 tahun 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Surakarta.
Dia disinyalir orang Indonesia pertama yang gabung dengan Negara Islam untuk Irak dan Suriah (ISIS). Setiap ada simpatisan ISIS di negeri ini yang tertangkap polisi, nama Naim pasti disebut. Terakhir yakni Maret 2015, Naim diduga melarikan calon istrinya, Siti Lestari, asal Demak, ke Suriah. Orangtua Siti Lestari mengatakan anaknya memang menjalin hubungan dengan Naim dan hendak dijadikan istri ketiga. Itu sebabnya keluarga tak setuju tapi malah dibawa kabur.